Skip to main

Mengenal Paxlovid, Obat Antivirus COVID-19

Meskipun vaksinasi Covid 19 sudah digalakkan secara menyeluruh, tapi masyarakat harus tetap waspada. Obat-obatan COVID-19 terus dikembangkan seiring makin banyaknya varian baru virus ini mulai muncul. Kementerian Kesehatan RI bahkan memberikan layanan telemedisin isoman sebagai salah satu upaya distribusi pengobatan bagi masyarakat yang terjangkit COVID-19 subvarian Arcturus atau varian lainnya.

Salah satu obat yang kini mendapatkan izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) oleh BPOM untuk diberikan kepada pasien COVID-19 yang memiliki risiko tinggi mengalami progres penyakitnya menjadi berat adalah Paxlovid. Bagaimana cara kerjanya dan uji klinis tentang obat ini? Anda dapat mengeceknya sebagai berikut:

Cara Kerja Paxlovid

Paxlovid adalah obat gabungan dari Nirmatrelvir dan Ritonavir Yakni obat-obatan antivirus. Nirmatrelvir merupakan obat yang berguna untuk mencegah replikasi virus SARS-CoV-2 sehingga tingkat keparahan gejalanya dapat ditekan seminimal mungkin. Ritonavir merupakan protease inhibitor yang mampu melakukan inhibisi pada sitokrom P450-3A4. Gabungan Nirmatrelvir dan Ritonavir di dalam Paxlovid berdasarkan tahapan uji klinis 2 dan 3, memberi hasil bahwa dapat menurunkan risiko rawat inap serta kematian pada pasien dewasa yang mengalami COVID-19 dengan adanya komorbid namun tidak di rawat di rumah sakit.

Uji Klinis Obat Paxlovid

Thumbnail 2 - Paxlovid Obat Antivirus Covid-19.jpg

Bentuk Paxlovid adalah pil yang dikonsumsi dua kali sehari selama lima hari. FDA selaku badan kesehatan Amerika Serikat juga memberikan Emergency Use Authorization (EUA) obat ini untuk pasien COVID-19 agar gejala virus COVID-19 tidak semakin parah. Hasil uji klinis fase II/III menunjukan penurunan risiko rawat inap atau kematian. Sejauh ini uji klinis menunjukan obat ini ampuh mengurangi kematian pada pasien COVID-19. Efektivitas Paxlovid semakin bisa diandalkan bila dilakukan pemberian vaksin COVID-19 dengan dosis lengkap.

Paxlovid juga digunakan oleh pasien COVID-19 yang sudah lanjut usia. Semakin bertambahnya usia, imunitas tubuh juga akan menurun serta timbul penyakit lainnya seperti penyakit saraf dan penyakit kardiovaskular. Akhirnya Paxlovid memperoleh izin penggunaan darurat dari Emergency Use Authorization (EUA) di Amerika Serikat serta sudah masuk ke Indonesia.

Meskipun begitu Paxlovid masih perlu riset lebih lanjut untuk melihat manfaat serta efek sampingnya pada penyintas COVID-19. Dari hasil kerjasama antara pemerintah Amerika dan pemerintah Australia ada 24.096 dosis Paxlovid didonasikan ke Indonesia. Nantinya Kemenkes akan mendistribusikan obat ini ke 34 provinsi namun pada tahap awal diprioritaskan ke daerah yang sangat membutuhkan.

Perbedaan Paxlovid dan Molnupiravir

Walaupun keduanya merupakan obat antivirus untuk pasien COVID-19, tapi terdapat perbedaan yang ditunjukan tentang obat tersebut.

  • Cara kerja Molnupiravir mengganggu replikasi virus SARS-CoV-2 dengan cara menjadi mutagen RNA pada virus sehingga terjadi mutagenesis, sementara Paxlovid menghambat replikasi virus SARS-CoV-2 dengan cara memblokir aktivitas enzim oleh SARS-CoV-2 yang berguna dalam bereplikasi.
  • Dalam menurunkan risiko rawat inap dan kematian, Molnupiravir hanya menurunkan 30% sedangkan Paxlovid mampu menurunkan risiko sampai 89%.
  • Molnupiravir dikonsumsi 4 kapsul dalam dua kali sehari selama 5 hari sedangkan Paxlovid diminum 2 tablet nirmatrevir dan 1 tablet ritonavir dalam dua kali sehari selama 5 hari (dosis untuk dewasa).

Baca juga:

Aturan Konsumsi Paxlovid

Thumbnail 3 - Paxlovid Obat Antivirus Covid-19.jpg

Menurut aturan tentang obat ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak. Pasien yang boleh mengkonsumsinya minimal berusia 12 tahun dengan berat badan minimal 40 kg. Sama halnya dengan obat obatan COVID-19 lainnya, Paxlovid juga memiliki efek samping. Adapun beberapa efek samping dari obat ini adalah sebagai berikut:

  • Risiko timbul disgesia atau timbul gangguan indra perasa
  • Risiko mengalami diare dan risiko nyeri otot
  • Risiko mengalami peningkatan tekanan darah

Apabila pasien menderita penyakit tertentu atau mengkonsumsi obat lain perlu konsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat Paxlovid. Tujuannya mencegah efek negatif dari interaksi antar obat. Paxlovid sendiri tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit hati, penyakit ginjal, wanita hamil, ibu yang sedang menyusui, atau wanita yang berencana hamil.

Sampai saat ini penelitian terkait Paxlovid terus digalakkan agar kedepannya kelompok tertentu dapat mengkonsumsinya. Meskipun sudah mengonsumsi obat-obatan COVID-19, tapi masyarakat tetap harus menjalankan protokol kesehatan seperti memakai sabun atau hand sanitizer serta masker saat beraktivitas di luar ruangan.

Penuhi Ketersediaan Obat Terbaru di Layanan Kesehatan Anda

Layanan kesehatan khususnya klinik diharapkan dapat menjadi solusi kesehatan paling dekat dengan masyarakat sekitar. Untuk memenuhi hal tersebut, pastikan klinik Anda memiliki ketersediaan obat yang lengkap agar menjadi klinik yang lebih sigap. Butuh distributor pengadaan obat yang resmi & terpercaya? Yuk beralih ke Farmasi Pintar!