Skip to main

Pentingnya Indikator Nasional Mutu bagi Klinik Kesehatan

Klinik sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan masyarakat harus memberikan pelayanan seoptimal mungkin dalam merawat pasien. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memberlakukan Indikator Nasional Mutu untuk mencapai hal tersebut. Pencapaian ini diharapkan selaras dengan tujuan WHO dalam program Sustainable Development Goals 2030.

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Untuk keberlangsungan manusia menjadi lebih baik dimasa mendatang, WHO telah mencanangkan program Sustainable Development Goals. Program ini sebenarnya telah dimulai pada tahun 2015 dan berharap terealisasi keseluruhan di tahun 2030. Salah satu poin dalam program ini adalah Good Health and Well-being yang bisa ditemukan pada poin ketiga dari program tersebut.

Program ini merupakan program pada sektor kesehatan yang mengacu pada penanganan terhadap pasien dan juga peningkatan terhadap kualitas pelayanannya. Mengadopsi program WHO, pemerintah menerbitkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk periode 2020-2024. Pada program RPJM, salah satu komponen yang menjadi rencana program pembangunan dibuat oleh Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ini menetapkan ada 6 (enam) Tujuan Strategis. Salah satunya adalah peningkatan cakupan kesehatan semesta yang bermutu di wilayah Indonesia. Cara agar tujuan tersebut dapat tercapai salah satunya dengan peningkatan jumlah fasilitas kesehatan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Manfaat peningkatan mutu pelayanan kesehatan dianggap penting oleh pemerintah sebab untuk menjaga agar pasien mendapat perawatan yang sesuai. Manfaat lainnya adalah melindungi petugas kesehatan agar tidak tertular atau terinfeksi. Selain itu untuk mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (outbreak) dari penyakit tertentu.

Indikator Nasional Mutu

Thumbnail 3 - Pentingnya Indikator Nasional Mutu bagi Klinik Kesehatan.jpg

Pemerintah mengharapkan bahwa seluruh fasilitas kesehatan termasuk klinik pratama menerapkan pelayanan pada pasien minimal sesuai standar yang ditetapkan. Menimbang bahwa mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman sesuai standar pelayanan merupakan hak dari semua warga negara.

Indikator Nasional Mutu Pelayanan sendiri adalah suatu perangkat untuk menilai dan mengevaluasi tempat praktik dokter mandiri (umum, spesialis & gigi), klinik, PMI, dan fasilitas kesehatan lainnya untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Secara garis besar untuk Indikator Nasional Mutu terdiri dari 4 (empat) kategori yaitu:

Kepatuhan Cuci Tangan

Mengingat pentingnya tindakan kepatuhan cuci tangan maka pihak Kementerian Kesehatan memasukkannya pada indikator nasional mutu klinik. Hal ini karena masih ditemukan sebagian kecil petugas kesehatan yang terinfeksi penyakit dari pasien yang mereka tangani. Jika kepatuhan cuci tangan tidak dilaksanakan, angka penyebaran dari suatu penyakit dapat meningkat Manfaat mencuci tangan dengan benar menjadi salah satu tindakan pencegahan yang berbiaya rendah dari penyakit agar tidak menular. Mencuci tangan bisa menghalangi dan mematikan mikroorganisme patogen agar tidak menyebar. Sebagai contoh pada zaman pandemi covid-19, tindakan ini dapat mencegah penularan covid-19.

Kebersihan tangan merupakan aspek yang sangat vital. Apalagi saat melakukan tindakan terhadap pasien yang datang di klinik atau fasilitas kesehatan. Tindakan ini dapat berdampak signifikan pada petugas kesehatan, pasien dan masyarakat luas.
Klinik bisa lebih memperhatikan petugas kesehatannya dengan menyediakan rubbing alcohol atau wastafel cuci tangan yang mencukupi. Selain itu bisa juga dengan melakukan pertemuan secara berkala untuk mendorong petugas kesehatan agar sering mencuci tangan.

Baca juga: Dasar Hukum dan Syarat Akreditasi Klinik Berdasarkan Aturan Terbaru

Kepatuhan Memakai APD

APD atau alat perlindungan diri merupakan salah satu hal yang vital yang harus dimiliki seluruh rumah sakit, klinik maupun fasilitas kesehatan lainnya. Penggunaan APD saat pandemi covid yang lalu sangat terasa manfaatnya bagi para petugas kesehatan. Saat menangani pasien, petugas kesehatan akan menggunakan APD untuk meminimalisir penularan. Penggunaan APD ini cukup membantu para pekerja kesehatan untuk menangani pasien yang datang. Walaupun pandemi sudah berakhir penggunaan APD masih dipertimbangkan untuk diteruskan.

Tentu saja penggunaan APD tidak seketat saat pandemi masih berlangsung. Untuk indikator kepatuhan penggunaan APD ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu masalah penggunaan secara berulang, rasa malas menggunakan APD dari petugas kesehatan dan penggunaan APD yang tidak benar.

Kepatuhan Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien yang masuk pada sebuah fasilitas kesehatan merupakan indikator nasional mutu klinik selanjutnya yang harus diperhatikan. Kesalahan identifikasi dari pasien bisa berdampak fatal untuk pasien, keluarga dan fasilitas kesehatan itu sendiri. Untuk itulah WHO bersama pemerintah mencanangkan peningkatan kepatuhan identifikasi pasien untuk pelayanan mutu kesehatan yang lebih baik.

Kesalahan identifikasi pasien misalnya saja dapat berpengaruh pada kualitas hidup dan nyawa dari pasien. Tidak jarang ditemukan kasus berita bahwa ada seorang bayi yang tertukar. Tertukarnya identitas ini tentu saja membuat semua orang kecewa selain itu bayi baru lahir itu bisa berpotensi terpapar bakteri patogen baik dari ASI atau cairan tubuh yang lain karena bukan ibu yang mengandungnya.

Cerita berbeda berasal dari kesalahan identifikasi pasien sehingga treatment atas pasien tersebut menjadi salah. Resep obat dan tindakan penangan pasien yang salah bisa membuat pasien beresiko memperparah keadaannya hingga meninggal.

Selain itu tenaga kesehatan juga terancam keselamatannya. Proses identifikasi pasien ini bisa berupa nama, ciri-ciri pasien secara spesifik atau jika di lokasi bencana bisa berupa nomor yang diasosiasikan dengan pasien.

Kepuasan Pasien

Kemudian indikator nasional mutu klinik selanjutnya adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien masuk kedalam indikator pelayanan mutu pada setiap fasilitas kesehatan. Hal ini bukan tanpa sebab karena kepuasan pasien saat berobat memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya.

Kepuasan dari pasien dianggap sebagai tolak ukur di masyarakat apakah pelayanan yang klinik lakukan sudah sesuai dengan yang pasien harapkan. Dewasa ini pasien paling tidak memiliki sedikit pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan. Apalagi dengan dukungan sosial media, kekecewaan pasien bisa dengan cepat menyebar luas di masyarakat.

Seperti yang diketahui bahwa pembicaraan dari mulut ke mulut memberi efek yang signifikan. Hal ini juga berlaku pada pasien yang merasa mendapat perlakuan atau perawatan yang buruk. Bisa saja mereka membicarakan pada sanak saudara dan terus berkembang hingga ke sosial media.

Indikator Nasional Mutu Klinik hendaknya tidak dijadikan momok bagi klinik. Alasannya indikator ini berguna untuk meningkatkan nama baik dan pelayanan klinik di mata masyarakat. Agar klinik terus berkembang dan bertahan untuk waktu yang lama.

Sumber:

World Health Organization. Improving the quality of health services - tools and resources

Permenkes Nomor 30 Tahun 2022. Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah

WHO. Handbook for national quality policy and strategy: a practical approach for developing policy and strategy to improve quality of care